Buddhist Site
Kisah Babi Peta
DHAMMAPADA XX, 9
Suatu ketika, saat Maha Moggallana Thera berjalan menuruni bukit
Gijjhakuta bersama Lakkhana Thera, beliau melihat sesuatu yang
menyedihkan, yaitu makhluk peta kelaparan, dengan kepala berwujud babi
dan berbadan manusia. Melihat makhluk peta tersebut, Maha Moggallana
Thera tersenyum namun tak berkata sedikit pun. Pada saat tiba di
vihara, Maha Moggallana Thera menghadap Sang Buddha, membicarakan
tentang makhluk peta berwujud babi yang mulutnya penuh dengan belatung.
Sang Buddha mengatakan bahwa Beliau juga pernah melihat makhluk
tersebut saat Beliau baru saja mencapai ke-Buddha-an, namun Beliau
tidak mengatakan hal itu, karena orang-orang mungkin tidak akan percaya
dan akan menyalahkan Beliau. Kemudian Sang Buddha menceritakan kisah
tentang makhluk peta babi tersebut.
Pada masa Buddha Kassapa, makhluk peta babi itu adalah seorang bhikkhu
yang sering membabarkan Dhamma. Suatu ketika, ia mengunjungi sebuah
vihara yang ditempati oleh dua bhikkhu. Setelah tinggal beberapa waktu
bersama kedua bhikkhu tersebut, ia menyadari bahwa ia telah berbuat
cukup baik karena orang-orang menyukai penjelasannya. Ia merasa akan
lebih baik lagi bila ia dapat membuat kedua bhikkhu tersebut pergi dan
vihara itu menjadi miliknya sendiri. Maka ia mencoba untuk mengadu
domba mereka. Kedua bhikkhu tersebut bertengkar dan meninggalkan vihara
menuju dua arah yang berlawanan. Akibat dari perbuatan buruk itu,
bhikkhu tadi terlahir di Alam Neraka Avici dan ia harus menjalani sisa
hidupnya dengan menderita sebagai makhluk peta yang berwujud babi
dengan mulut dipenuhi belatung.
Sang Buddha melanjutkan, "Seorang bhikkhu haruslah tenang dan terkendali baik dalam pikiran, ucapan maupun perbuatan".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 281 berikut:
Hendaklah ia menjaga ucapan dan mengendalikan pikiran dengan baik serta
tidak melakukan perbuatan jahat melalui jasmani. Hendaklah ia
memikirkan tiga saluran perbuatan ini, memenangkan "jalan" yang telah
dibabarkan oleh Para Suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar