Buddhist Site : Kisah Cincamanavika
Kisah Cincamanavika
DHAMMAPADA XIII, 10
Pada saat Sang Buddha pergi mengajarkan Dhamma, banyak orang datang
berduyun-duyun kepada-Nya. Pertapa keyakinan lain mengetahui bahwa para
pengikut mereka menjadi berkurang. Mereka menjadi sangat marah,
sehingga mereka membuat sebuah rencana yang akan merusak nama baik Sang
Buddha.
Mereka memanggil Cincamanavika yang sangat cantik, murid kesayangan
mereka, dan berkata kepadanya, "Jika dalam hatimu terdapat keyakinan
pada kami, tolonglah kami. Buatlah Samana Gotama menjadi malu".
Cincamanavika menyetujui untuk melaksanakan.
Pada malam itu, dia mengambil beberapa bunga dan pergi berkunjung ke Vihara Jetavana.
Ketika orang-orang bertanya padanya kemana dia akan pergi, dia menjawab, "Apa gunanya kalian tahu kemana saya akan pergi?"
Dia lalu bermalam di tempat pertapa lain yang berada dekat Vihara
Jetavana, dan dia akan kembali pagi-pagi sekali agar kelihatan bahwa dia
telah bermalam di Vihara Jetavana.
Ketika ditanya, dia akan menjawab, "Saya menghabiskan malam hari dengan Samana Gotama di kamar yang harum di Vihara Jetavana".
Setelah lewat tiga atau empat bulan, dia membungkus perutnya dengan
kain agar dia kelihatan hamil. Setelah delapan atau sembilan bulan, dia
membungkus perutnya dengan memasukkan papan kayu tipis kedalamnya; ia
juga memukuli paha dan kakinya agar kelihatan bengkak, berpura-pura
merasa lelah dan lesu. Dengan demikian, ia menggambarkan seorang wanita
hamil yang sungguh-sungguh dalam kehamilan yang besar. Kemudian, pada
malamnya, ia pergi ke Vihara Jetavana untuk menghadap Sang Buddha.
Sang Buddha sedang menjelaskan Dhamma kepada kumpulan bhikkhu dan umat
awam. Melihat Beliau mengajar di atas mimbar, ia menuduh Sang Buddha
demikian:
"O kamu Samana besar! Kamu hanya berkhotbah kepada orang lain. Saya
sekarang hamil karena kamu, dan kamu tidak melakukan apa-apa untuk
persalinan saya. Kamu hanya tahu bagaimana menyenangkan dirimu sendiri!"
Sang Buddha menghentikan khotbahnya untuk sementara dan berkata
kepadanya, "Saudari, hanya kamu dan saya yang tahu apakah kamu berkata
yang sebenarnya atau tidak".
Dan Cincamanavika menjawab, "Ya, kamu benar, bagaimana orang lain tahu apa yang hanya kamu dan saya ketahui?"
Pada saat itu juga, Sakka, raja para dewa, mengetahui masalah yang
terjadi di Vihara Jetavana, sehingga ia mengirim empat orang dewanya
dalam bentuk tikus-tikus besar. Keempat ekor tikus tersebut pergi
kebawah pakaian Cincamanavika dan menggigit putus benang yang mengikat
erat papan kayu di sekeliling perutnya. Pada saat benang tersebut
putus, papan kayu terjatuh, memotong bagian depan kakinya.
Akhirnya tipu muslihat Cincamanavika terbongkar, dan banyak orang yang
berkerumun berteriak dengan marah, "Oh kamu perempuan jahat! Seorang
pembohong dan penipu! Beraninya kamu menuduh Guru Agung kami!"
Beberapa dari mereka meludahinya dan menggiringnya keluar. Ia lari
secepat yang ia bisa, dan ketika ia telah pergi agak jauh bumi terbelah
dan retak, ia tertelan masuk ke dalam bumi.
Pada hari berikutnya, ketika para bhikkhu sedang membicarakan tentang
Cincamanavika, Sang Buddha mendekati mereka dan berkata, "Para bhikkhu,
seseorang yang tidak takut untuk berkata bohong, dan seseorang yang
tidak perduli apa yang akan terjadi pada kehidupan yang akan datang,
tidak akan ragu-ragu untuk berbuat jahat".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 176 berikut:
Orang yang melanggar salah salah satu Dhamma (sila keempat, yang
selalu berkata bohong), yang tidak memperdulikan dunia mendatang, maka
tak ada kejahatan yang tidak dilakukannya.
***
________________________________________
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor), Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta, 1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar